Laba Bersih BCA (BBCA) Oktober 2025 Capai Rp48,25 Triliun, Ini Penyebab Pertumbuhan Melambat

BBCA
Ilustrasi Bank BCA

 

Rangkuman Kinerja Bank BCA Oktober 2025:

  • Laba Bersih Kumulatif: Rp 48,25 Triliun.
  • Pertumbuhan Laba: Melambat menjadi 4,39% YoY (Jan-Okt 2025).
  • Penyebab Perlambatan: Kenaikan biaya pencadangan (provisi) sebesar 109,82% YoY sebagai langkah antisipasi risiko.
  • Kekuatan Utama: Likuiditas super tebal dengan Rasio CASA 84,07%.

Sumber: Laporan Keuangan BBCA per Oktober 2025.

Kuhuni.com, Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melaporkan kinerja laba bersih yang solid, namun mengalami perlambatan pertumbuhan hingga Oktober 2025. Laba bersih (bank only) BCA pada periode Januari-Oktober 2025 mencapai angka signifikan Rp 48,25 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 4,39% year on year (yoy).

Meskipun angka ini menunjukkan kinerja yang tangguh di tengah tantangan sektor perbankan, kecepatan pertumbuhan ini melambat dibandingkan capaian bulan September 2025 yang tercatat sebesar 7,94% yoy. Perlambatan ini utamanya dipicu oleh kebijakan super hati-hati manajemen BCA.

Penyebab Utama Perlambatan Laba: Pencadangan Melonjak

Faktor dominan yang menahan lonjakan laba bersih BBCA adalah peningkatan signifikan dalam biaya pencadangan atau provisi. Langkah ini diambil perusahaan untuk mengantisipasi potensi pemburukan kualitas kredit di masa mendatang.

Data menunjukkan:

  • Provisi bulanan (MoM) pada Oktober 2025 meningkat tajam 96,54% menjadi Rp 303,72 miliar.
  • Akumulasi biaya pencadangan dalam sepuluh bulan mencapai Rp 3,12 triliun, melesat 109,82% yoy.

Kebijakan konservatif ini mendorong Cost of Credit (CoC) BCA terkerek naik ke level 0,41%. Angka ini sedikit melewati batas sasaran internal BCA tahun ini yang dipatok sebesar 0,3%. Meskipun demikian, angka CoC BCA masih terbilang rendah dan menunjukkan kualitas aset yang terjaga baik dibandingkan bank sejenis.

Baca: Saham BBCA:  Profil, Harga, Cara Beli dan Keuntungan Beli Saham BCA

Tekanan pada Margin Bunga Bersih (NIM)

Selain provisi, bank juga menghadapi tekanan pada margin. Margin Bunga Bersih (NIM) BCA tergerus ke level 5,69% yoy, sedikit di bawah batas bawah sasaran 5,70%. Tren ini selaras dengan kondisi sektor perbankan nasional yang secara umum menghadapi tekanan margin akibat persaingan dana dan kenaikan suku bunga acuan.

Kekuatan Fundamental BCA: Raja Dana Murah & Ekspansi Kredit

Terlepas dari langkah antisipasi yang menekan laba, kinerja intermediasi dan likuiditas BCA tetap menunjukkan pondasi yang sangat tangguh.

1. Dominasi Kredit Solid

Penyaluran kredit BCA berhasil tumbuh lebih baik menjadi 7,63% yoy (mencapai Rp 923,54 triliun). Angka ini:

  • Berada di tengah sasaran manajemen (6-8%).
  • Lebih baik dari rata-rata pertumbuhan kredit perbankan nasional (7,36% yoy) pada periode yang sama.

2. Likuiditas Sangat Memadai

BCA mempertahankan julukan sebagai "Raja Dana Murah" berkat dominasi CASA (Giro dan Tabungan). Hingga Oktober 2025, rasio dana murah (CASA) terkerek tinggi di posisi 84,07%.

Fakta penting likuiditas:

  • Dana murah (CASA) mencapai Rp 991.73 triliun (tumbuh 9,81% yoy).
  • Dana mahal (Deposito) turun 4,61% yoy, menunjukkan kemampuan BCA menekan biaya dana.
  • Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) terjaga stabil di 78,29%, memberikan ruang yang sangat luas untuk ekspansi kredit di tahun-tahun mendatang.

Baca: Dividen BBCA 10 Tahun Terakhir: Stabil, Naik atau Turun?

Ringkasan Kinerja Utama

IndikatorNilai (Jan-Okt 2025)Perubahan (YoY)Keterangan
Laba BersihRp 48,25 triliunTumbuh 4,39%Pertumbuhan melambat dibandingkan bulan sebelumnya (Sep: 7,94%).
Pendapatan Bunga Bersih (NII)Rp 66,47 triliunTumbuh 4,42%Pertumbuhan pendapatan bunga melambat.
Kredit DisalurkanRp 923,54 triliunTumbuh 7,63%Sesuai target manajemen (6-8%). Lebih baik dari rata-rata industri.
Dana Pihak Ketiga (DPK)Rp 1.179,67 triliunTumbuh 7,23%Pertumbuhan didorong oleh CASA.
Rasio CASA84,07%MeningkatBCA tetap menjadi "Raja Dana Murah."
CoC (Cost of Credit)0,41%Naik signifikanMelampaui batas sasaran tahunan 0,3%.

Tangguh di Tengah Keterbatasan: Prospek BBCA 2025

Dengan kinerja yang ada, BCA masih berhasil menjaga rasio profitabilitasnya dalam koridor yang ditargetkan:

  • Return on Asset (ROA) sebesar 3,96% (Sasaran: 3,6-3,8%).
  • Return on Equity (ROE) sebesar 22,63% (Sasaran: 21-23%).

Kesimpulannya, laba BBCA melambat bukan karena kesulitan pendapatan, melainkan hasil dari pilihan strategis manajemen untuk membangun benteng pertahanan risiko (pencadangan) yang kuat di masa depan. Kualitas kredit dan likuiditas BCA tetap menjadi yang terbaik di sektor perbankan Indonesia.

Disclaimer: Informasi ini bersifat edukasi dan analisa pasar, bukan rekomendasi jual atau beli saham.

0 comments

Posting Komentar

Terbaru

      Konten Pilihan